Halaman

Rabu, 27 Oktober 2010

Keteladanan dari balik bencana

Kembali bangsa ini di uji oleh sang Alam, setelah Kep. Mentawai dihinggapi bencana gempa yg disusul oleh tsunami yg tidak terprediksikan sebelumnya oleh pihak BMG. Kini Gn. Merapi yg terletak di yogyakarta memuntahkan amarahnya sehingga menambah beban yg menderu bangsa ini. Berbondong2 masyarakat mengungsi dari lereng gunung tsb, sehingga menimbulkan kepanikan. Salah satu juru kunci yg masih bertahan di kediamannya menolak untuk mengungsi, akhirnya diketemukan telah meninggal dunia. Mbah Maridjan begitu ia biasa disapa oleh banyak orang, siapa yg tak kenal beliau?, sosok yg sederhana, tidak menunjukkan bahwa ia adalah seorang juru kunci. Penampilannya yg sederhana itulah yg membuat beliau di segani oleh masyarakat sekitarnya. kini beliau telah tiada meninggalkan kita semua. Saat ditemukan oleh tim penyelamat, posisi jasad beliau dalam keadaan sujud, seolah2 sedang memohon sesuatu, begitu tegarnya beliau hingga detik2 menjelang akhir hayatnya beliau msh ingat terhadap yg maha kuasa. Pada malam sebelumnya pihak tim penyelamat sudah mencoba mengevakuasi beliau, namun beliau tetap kukuh dengan keinginannya, satu hal yg diucapkan oleh beliau " saya tak mau turun sebelum seluruh masyarakat penghuni lereng Merapi dapat di evakuasi terlebih dahulu". Salah satu bentuk keteladanan sudah ia tunjukkan di saat kondisi alam disekitarnya sudah tertutup oleh debu2 vulkanik dan awan panas yg biasa disebut wedhus gembel, beliau juga mengatakan " saya ingin menjadi orang yg terakhir turun dari lereng Merapi.". ini membuktikan betapa pedulinya beliau terhadap masyarakat sekitarnya. hal yang sangat jarang kita jumpai dewasa ini, disaat bencana melanda masih ada orang yg mau mengabdikan hidupnya demi tugas yg telah diberikan kepadanya, walaupun nyawa menjadi taruhannya. Dari kisah ini dapat dijadikan contoh bagi kita semua.
Selamat jalan wahai pelita dalam gelap tangis......
Jasamu menyelimuti bak kabut senja ditepi lereng merapi.....
Derai tangis mengiringi kepergianmu bak nada2 tak berdawai....
Kan kutabur bunga dalam keabadian hingga sang fajar menyembulkan sinarnya....
Air mata kan berganti dengan derai tawa.....
Tawa dari jiwa2 suci yg akan melentikkan jari - jemarinya....
Memainkan lagu indah yg akan dikenang sepanjang masa.....