Halaman

Minggu, 05 Mei 2013

Sebuah catatan untuk seorang Ibu



Ibu hari ini engkau berulang tahun, tentu senang rasanya bila saja anakmu ini ada didekatmu. Maafkan anakmu yg tak mampu memberikan apa-apa, anakmu ini hanya mampu memberikan panjatan do'a bagimu melalui Tuhan yg aku percaya selalu ada bagi setiap manusia di muka bumi ini.
Ketahuilah Ibuku sayang, aku sedang berusaha sekuat tenaga untuk dapat membahagiakan dirimu seorang, tentunya selain menjadi orang yg berguna bagi lingkungan, teman dan sekitarnya. Aku ingin menjadi seorang anak yg kelak dapat kau banggakan karena aku mampu berdiri di atas kakiku sendiri. Selama ini aku memang jarang pulang tuk menemuimu, dan kau pun tahu itu sejak dulu ketika aku masih remaja aku memang seorang yg keras hati, apapun yg kuimpikan akan aku raih entah bagaimana caranya. Dan kini masih ada beberapa mimpi yg ingin aku jadikan kenyataan di kota yg penuh dengan budaya dan kesenian ini. Di kota ini aku memupuk mimpi bersama teman-teman seperjuangan dan seorang yg kini entah apa gerangan yg sedang terjadi kepadanya hingga ia perlahan mulai menjauhiku.
Aku selalu teringat akan petuah-petuah yg engkau berikan, memang tak mudah membangun mimpi bahkan terkadang seseorang pun terlelap dalam mimpi panjang dan enggan tuk membuka mata.
Tuhan dimanapun kau berada tolong lindungi ibu hambamu ini, berikanlah ia umur yg panjang agar dapat menyaksikan anaknya berhasil membangun mimpi-mimpi yg kerap ia panjatkan dalam doa sebelum tidur.
Dan untuk ayahku tercinta yg kini sudah berada disisiMu kupanjatkan pula do'a yg selalu kutitipkan apabila aku sedang mendekatkan diriku kepadaMu. Ampunilah dosa-dosanya atas segala kesalahan yg telah ia perbuat semasa hidupnya. Sampaikan salamku padanya. Ingatkan aku agar selalu mengunjungi pusara beliau ya Tuhan, aku tak ingin melupakannya. Dia telah mendidikku sebagaimana aku sekarang ini. Walaupun terkadang keras, namun aku tahu bahwa apa yg dilakukannya adalah yg terbaik bagi aku anak laki-laki pertamanya. Ia mengingatkanku bahwa dunia seorang lelaki itu berat dan keras, jalan bagi seorang lelaki tidaklah semudah jalan seorang perempuan. walaupun keduanya memiliki peranan penting dalam kehidupan yg penuh dengan irama ini. Tapi setidaknya itulah kenyataannya.
Sekali lagi aku ucapkan selamat ulang tahun wahai ibuku tercinta, doaku selalu menyertaimu...


Sabtu, 04 Mei 2013

Suatu senja di bulan Mei

Sore itu berselimut hujan, dingin dan basah sudah sepatuku, sepatu usang yg menemaniku sejak lama dan kini sengaja aku bawa ke kota ini. ya, sore itu selepas berkesenian bersama teman-teman yg akan mengadakan pentas kolaborasi budaya bersama sebuah sekolah negeri di kota ini aku pun memutuskan untuk mampir sejenak ke tempat dirimu.

Setelah menunggu hujan agak reda di depan sekolah yg sudah sepi itu, kupacu sepeda motorku lambat-lambat karena jalan licin dan karet hitam bundar bagian belakang roda ini sudah mulai menipis, daya cengkeramnya pun otomatis berkurang. Dengan berkerudung jas hujan aku tiba ditempatmu. Rupanya kamu sedang istirahat, mungkin melepas lelah setelah belajar seharian penuh. Aku tahu dirimu dalam hal itu. Aku pun duduk di tempat yg biasa aku tempati bilamana sedang bertandang ke tempatmu. Tak berapa lama kau keluar sambil membawa handuk dipundakmu hanya berdiri menatapku penuh curiga, sambil bertanya "Mau apa kamu kemari?"

Nada dalam suara kamu masih saja mengandung kebencian yg mendalam dan aku tahu itu. Entah kesalahan apa yg telah kuperbuat hingga membuat dirimu begitu membenci aku. Hingga detik ini pun aku masih sayang padamu. Tak pernah sedikit pun berkurang rasa cintaku padamu walaupun kamu perlakukan aku seperti ini.
Tahukah kamu Aku menangis saat itu, engkau yg dulu kukenal kini bagai orang asing bagiku. Tak lagi kurasakan keramahanmu, senyumanmu. Menangis mungkin bagi semua orang merupakan hal yg cengeng, tapi sungguh aku tak secengeng itu, hanya saja dalam keadaan basah kuyup seperti itu kau pun enggan tuk menawarkan handuk hanya tuk mengeringkan air di wajahku. Bahkan ketika aku ingin beranjak pulang pun aku meminta izin padamu tuk menggunakan tempatmu agar aku dapat bercengkrama dengan Tuhan barang sejenak. Kau pun bilang "Kamarku berantakan!" dengan nada ketus, aku hanya butuh jawaban boleh atau tidak, lagi kau menjawab dengan kalimat yg sama hingga ketiga kalinya kau menyuruhku mencari Masjid. Baik, aku mengerti akan hal itu maka aku akan pulang. Pulang dalam keadaan hati menangis. Aku benci pertengkaran itu sebabnya kenapa aku lebih banyak diam daripada menambah kisruh suasana. Aku memilih diam karena aku memiliki penyakit yg kuderita sejak lama bilamana aku pemarah mungkin aku takkan dapat bertahan lebih lama lagi. ya, sesuatu telah menggerogoti bagian dalam tubuhku. jujur aku tak sanggup menahan semua beban hidup ini. Aku hanya manusia biasa, yang kadang memang melakukan kesalahan dan aku tahu kesalahan itu hanya bagian dari pembelajaranku tentang artinya hidup. Aku belajar dari kesalahan itu dan kini aku ingin memperbaiki diriku agar kelak aku tak ingin membuatmu kecewa, marah , sedih hingga membuatmu menangis.

Mungkin Tuhan memberikan ini sebagai cobaan hidupku, baiklah aku akan terus berjuang sampai aku tak mampu lagi.
Ingat itu baik-baik, Tuhan...
Aku akan terus berjuang aku tak perduli butuh waktu berapa lama 'tuk meyakinkan dirinya...
Aku tetap akan mencoba, Tuhan....
Sampai kapan pun.....
Ingat itu baik-baik

Aku sayang sama kamu, tapi kesalahpahaman kita dan ketidaktahuan kamu terhadap yang kurasakan; membuat segalanya abu-abu.
Yang kita butuhkan adalah saling merindukan, bukan rindu yang dirasakan sendirian.


Kamis, 02 Mei 2013

Masih ada Sastra di antara kita

"The apple tree that grew for you and me,
I watched the apples falling one by one.
And I recall the moment of them all,
The day I kissed your cheek and you were mine.
Don't ask me why, but time has passed us by,
Some one else moved in from far away."
First of May - The BeeGees


Malam ini aku begitu bersyukur padamu Tuhan walaupun aku dalam keadaan yg tidak begitu sehat, namun aku masih dapat merasakan betapa dingin malam ini tiada lagi aku rasa, rasa sakit yg mendera sebelumnya terasa sirna. Ia hilang sebentar untuk membiarkanku menikmati malam bersama denganmu. Kamu yg selama ini selalu dalam hatiku mengajakku keluar mengunjungi sebuah acara sastra. Ya, sastra. Sebuah kata yg langsung membawaku ke masa silam, dimana kata itu menyimpan sebuah kisah termanis dalam hidupku. Kisah antara aku dan kamu saat beberapa tahun silam yg selalu ingin kuulang kembali saat-saat itu.
Ketika tiba di lokasi ternyata acara belum mulai. Para penggiatnya sedang memasang lampu dan menyiapkan segala keperluan untuk pesta sastra malam ini. Aku pun memutuskan untuk mengajaknya berjalan keluar dari areal itu menghampiri kedai siomay yg ada di ujung jalan.
Acara baru saja dimulai tak lama setelah kami datang setelah berjalan dari kedai siomay tadi, kami pun mencari tempat duduk, nampaknya masih sepi malam itu. Malam ini Sastra berpesta bersama aku dan kamu, tak luput juga para penggiatnya yg beragam. Ada yg datang dari berbagai kota di pulau ini. Semua berbagi kemesraan dengan malam di sebuah amphi teater kecil dengan tempat duduk yg melingkar mengelilinginya setengah lingkaran.
Udara yg dingin meliuk-liuk seiring dengan alunan musik yg mengiringi puisi sang penyair, segelas kopi panas pun mulai kutuang ke dalam gelas plastik dari sebuah gerobak angkringan setelah sebelumnya kami sedikit menghangatkan tubuh dengan teh jahe. Arena teater itu terletak di ruang terbuka. Tak ada atap yg menaungi sehingga nampak jelas bintang-bintang bertaburan begitu indahnya di atas cakrawala. Dibelakangnya nampak berjenjang rumah penduduk menjadi sebuah background panggung yg sederhana dengan sebuah tembok tua bekas bangunan Taman Sari di masa lampau yg begitu megah seakan menunjukkan besarnya masa lalu sebuah kerajaan yg tak jauh dari tempat kami berada.
Tak lama kemudian sang pembawa acara pun menjelaskan sedikit sejarah dari tempat ini sebelum memulai acara. Para pengisi acara pun mulai datang dan siap-siap maju ke tengah arena begitu namanya dipanggil oleh si pembawa acara. Acara diawali dengan membedah buku yg bertemakan Kiri dengan tiga orang pembedah yg masing-masing sudah siap dengan buku ditangan. Oh ya, ada 10 buku yg akan dibedah malam ini. Mulai dari Novel terjemahan, kumpulan Cerpen dan Puisi hingga buku ttg perjalanan seorang penulis yg mengunjungi negara-negara di Eropa.
Kami pun berjumpa dengan beberapa sahabat yg datang malam ini yg ikut larut dalam obrolan hangat seputar sastra. Tampak beberapa pengunjung terlihat bercengkrama dengan sesama pengunjung yg entah sudah kenal atau baru berkenalan pada saat itu, atau baru bertemu kembali di acara tersebut. Semua menjadikan hangat suasana malam itu. Kami pun demikian.
Waktu pun semakin menjemput malam, seakan memberi isyarat akan kehangatan yg kurasakan sebentar lagi akan berakhir dengan mengantarkanmu pulang. Ya, malam itu ternyata masih ada sastra diantara kita berdua entah kamu merasakan atau tidak, aku hanya ingin menuliskannya disini bahwa aku masih mengingat masa-masa indah itu. Masa dimana jarak kita masih berjauhan terpisah oleh pulau besar negeri ini.
Tak lama sebelum acara selesai pun kami memutuskan untuk segera pulang karena sudah larut malam. Aku pun mengantarkanmu dengan seribu bahasa dalam kalbuku, bahasa yg entah kau mengerti entah tidak. Seperti biasa aku pun masih menatapmu sampai engkau benar-benar hilang dari pandanganku dan masuk ke rumah itu meninggalkan kusendiri melangkah pulang berteman dinginnya angin malam. Dan sastra pun mulai menari di dalam hatiku ini mengiringi jalan pulang tuk kembali mengenang rinduku padamu.
Selamat malam sastra, ijinkanlah aku bermimpi malam ini dengannya.......sampaikan salamku untuk Berniewati yg selalu memelukmu dengan hangat dan tak pernah lelah tuk tersenyum kepadamu.
:)


Senin, 14 Januari 2013

Mendadak Mentas



Akhirnya selesai juga seminggu penuh latihan dari pagi hingga malam demi membantu teman yang akan ikut dalam acara bertajuk Mendadak Mentas; Konser Penciptaan #1 Etnomusikologi ISI Yogyakarta yang akan dilaksanakan Rabu, 16 Januari 2013 dimana saya akan membantu dua orang sahabat saya yang akan ujian penciptaan tersebut.
Saya akan bermain Gitar akustik dalam repertoar yang berjudul Indish van de Koloniale karya Dhima Christian Datu. Karya ini menyajikan salah satu lagu keroncong yang sudah tidak asing lagi yaitu Bengawan Solo yang digubah kembali dengan memadukan alat musik etnis Sunda yaitu suling bambu dibalut dengan musik swing ala barat, diakhiri dengan beat Rockabilly yang menghentak-hentak dan Trumpet yang memainkan nada-nada Jazz, padahal musik ini diawali dengan beat slow ala keroncong modern, semakin manis terdengar dengan permainan akordeon yang bernuansa ala eropa, padahal bisa lebih kental cultural contactnya apabila akordeon tersebut memainkan pola-pola nada Melayu seperti yang tertulis dalam sinopsis dari judul karya tersebut: 350 tahun hidup berdampingan dengan kolonial agaknya terlalu lama sehingga menjadi budaya. Mulai dari bangunan, cara berpakaian, bahasa, agama hingga kesenian. Musik adalah salah satu kesenian kita yang juga ikut dijajah kolonial, namun kita tidak rugi tetapi malah beruntung. Dijajah terumpet kita malah mainkan menjadi musik Tanjidor, dijajah ukulele kita jadikan musik keroncong, diberikan akordeon kita jadikan instrumen wajib pada musik Melayu. Akulturasi budaya ini disebut kebudayaan Indis, kebudayaan Indis yang datang dari kolonial, Indish van de Koloniale.
Satu lagi sahabat saya bernama Agung Chandra W. membawakan komposisi Swara Suling sebuah lagu tradisi dari nusantara yang lumayan populer bagi masyarakat Jawa. Ia memadukan gamelan dengan jenis musik rock yang ia namakan CampursaRock. Dimana dalam sinopsis karyanya ia katakan bahwa, Ia terinspirasi dari garapan musik rock yang diluapkan dengan instrumen etnis(gamelan). Maka jadilah CampusaRock (perpaduan musik Campursari dan musik Rock). Agak aneh memang tapi setidaknya itulah hasil pergulatannya selama ini karena ia terkenal sebagai pemain gitar yang memainkan musik dangdut. Maka dalam membuat sebuah karya pun tak terlepas dari unsur luar dimana dangdut tak pernah dipelajari di dalam gedung perkuliahan. Kali ini saya memainkan alat musik mayor saya yaitu Bass, karena dalam karya ini hanya menggunakan bass dan trumpet sebagai alat musik diatonis, sayangnya kurang terasa spirit musik Rock dalam karya ini karena teman saya yang satu ini tidak memainkan gitar elektriknya, ia malah bermain saron (salah satu perangkat gamelan). Padahal apabila diberikan gitar listrik dengan efek distorsi pada karya ini nuansa rock akan lebih kental terasa daripada hanya memainkan nuansa rock dengan hentakan drum dan bass saja.
Mudah-mudahan esok pada saat pelaksanaanya diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah SWT hingga karya ini dapat dinikmati oleh penonton yang hadir. Biar bagaimanapun bentuknya musik tradisi itu pasti akan berubah sesuai dengan budaya masyarakatnya. Setidaknya masih ada generasi muda yang mau mempelajari musik tradisi nusantara walaupun mungkin kini mulai ditinggalkan oleh sebagian remaja terutama di kota-kota besar yang notabene cenderung menyenangi musik popular. Selamat berkarya kawan...!!!

Minggu, 06 Januari 2013

Minggu pagi di 2013

Hari minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu sebagian orang, apalagi bagi mereka yang mempunyai rutinitas kerja dari senin sampai sabtu sudah tentu merindukan hari libur, walau hanya sehari waktu yang dimiliki untuk mengisi libur pasti akan digunakan sebaik mungkin.
Demikian juga dengan saya, niat sudah ditetapkan pada malam hari bahwa esok pagi ingin berolahraga di alun-alun selatan kota Yogyakarta yang lebih terkenal dengan sebutan Alkid (alun-alun kidul). Pagi-pagi sekali teman sekamar saya sudah siap dengan sepedanya, Ia akan bersepeda hingga UGM di utara kota ini, wah jauh sekali pikirku, sayangnya sepeda yang kami miliki cuma satu, akhirnya aku memutuskan akan berlari pagi saja di sekitar alun-alun, kebetulan juga pemain drum di grup band saya sedang menginap malam ini, dan memang penasaran karena belum pernah sepagi itu Ia bangun dan berolahraga di hari minggu.
Pagi itu rupanya sudah banyak yang berolahraga, disisi jalan pun para penjual makanan sedang bersiap-siap membuka dagangannya, ada yang berjualan soto mie, bubur ayam, susu segar dll.
Dan kami pun berpisah dengan teman yang memang ingin bersepeda dan berjanji akan bertemu kembali di alun-alun setelah agak siang. Rupanya tak hanya manusia saja yang membutuhkan olahraga, ternyata binatang pun juga, beberapa orang terlihat asyik mengajak binatang kesayangnya untuk berlari, memang kebanyakan binatang yang diajak olahraga pagi itu adalah anjing dengan berbagai macam jenis dari yang lucu imut-imut hingga yang bertampang seram sekali.
Setelah berkeliling lebih dari 10 itaran, rupanya kaki ini sudah tak kuat lagi hingga akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk menikmati susu sapi segar yang dijual dipinggir jalan seharga 3500 rupiah segelas besar, wah betapa murahnya kota ini, gumamku.
Tak berapa lama kemudian temanku yang bersepeda datang, lalu kami pun sepakat untuk pergi mencari sarapan pagi itu, karena temanku si penggebuk drum yang satu ini memang tak tahan lapar hehehehe setelah berunding sejenak, akhirnya kami memutuskan untuk mencari bubur ayam dan nasi uduk, lalu berjalanlah kami ke arah pulang tepat disisi jalan Panjaitan ada sebuah warung penjual bubur ayam dan nasi uduk, rupanya tak salah teman saya yang satu ini soal kuliner, karena Ia lebih tahu dan pernah makan disitu.
Aku pun memesan nasi uduk dan dua orang teman saya makan bubur ayam, hmmm....nasi uduk yang lumayan lezat ini mengingatkanku akan kampung halaman nun disana, dulu biasanya ibuku paling jago membuatnya.
Kenangan demi kenangan pun terlintas dalam benak, ingin rasanya pulang ke rumah, rumah yang selalu hangat menerimaku, tempat dimana aku dibesarkan, tumbuh dan berkembang, namun kutepis itu semua karena aku memiliki tujuan dan impian dikota ini yang akan kuwujudkan secara perlahan, memang aku aku seorang anak yang sejak kecil selalu mandiri jarang meminta uang terhadap kedua orangtuaku, maafkan anakmu ya bu suatu saat nanti aku pasti pulang tuk menjengukmu dan membahagiakanmu......
 Itulah minggu pagiku di tahun 2013 ini.......mudah-mudahan menjadi kegiatan rutin yang akan selalu kurindukan bila akhir pekan datang menjelang.
 :)

Sabtu, 05 Januari 2013

Sagitarius dan Cancer dilanda kejenuhan

Teruntuk Sagitarius....

Pagi itu cuaca agak berkabut, jalan-jalan pun agak sepi, hanya terlihat segelintir orang yang hendak berangkat menunaikan ibadah. Diantara keheningan aku dan kamu bertengkar, entah karena apa aku pun tak mengerti. Mungkin memang benar kejenuhan itu ada saatnya, saat ia datang melanda hampir pasti selalu diakhiri dengan pertengkaran yg tiba-tiba saja selalu hadir menyertai.
Dan pagi yang hening itu kamu memaksakan diri untuk berjalan pergi meninggalkan aku, walaupun aku sudah memaksa untuk menemani, akan tetapi kamu bersikeras untuk berjalan sendiri. Dan aku pun terpaksa meluluhkan keinginan itu dengan berat hati, dengan langkah gontai aku kembali. Ingin rasanya melompat dari tempat itu, namun aku rasa aku berdosa bila melakukan itu.
Menangislah aku sepanjang jalan pulang walau tak meraung-raung seperti anak kecil yang tak mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku masih menoleh melihatmu berjalan sampai ujung jalan namun dirimu terus saja berlalu meninggalkan pagi itu dengan penuh amarah.
Sungguh menyesal aku meluluskan permintaanmu yang selalu saja kamu lontarkan saat-saat kejenuhan datang melanda. Ketahuilah selama ini tak pernah sekalipun terbesit keinginan dalam hatiku untuk melontarkan kata-kata itu, karena aku orang yang tak pernah ingin mengatakannya terlebih setelah selama ini kita bersama, walaupun perjalinan kita baru intens belakangan ini semenjak kau hadir di kota ini.
Semenjak itu hidupku berubah, aku bukanlah Cancer yang dulu lagi, kini capitku tak tajam seperti dulu aku hanya menyelam dalam luasnya lautan kehidupan bersamamu, walaupun sesekali waktu aku pergi naik ke permukaan menuju tepi pantai hanya untuk bermain dalam gundukan pasir putih yang mengingatkanku saat dahulu saat masih dalam mencari dimana lautan itu berada. Pasir-pasir yang selalu menyesatkanku dengan fatamorgananya karena aku terlahir jauh dari tepi lautan. Ketika aku menyeruak keluar dari pasir yang menyelimuti tubuhku aku merasakan desau angin, merasakan semilirnya menerpa wajahku yang berminyak ini. Aku mencari-cari dimanakah deru ombak itu. Suaranya selalu menggoda setiap saat mendengarnya, mendengar gemuruhnya saat menabrak karang, terlebih saat buihnya menerpa pasir hingga menjadi basah oleh air kehidupan yang asin ini.
Dan kau pun hadir melesakkan busur panahmu yang indah berkilau bagai sinar surya yang selalu menghangatkan tubuh ini dikala dingin. Kau selalu mengajarkanku beribu-ribu kebaikan, kebenaran dan hal lainnya yang selama ini tak pernah kudapatkan dari siapapun. Walau terkadang dalam pelaksanaannya kita masih sering berdebat pepesan kosong, berargumentasi hingga tertawa lepas karena kita pun sadar akan bodohnya kita berdua.
Aku tahu semua itu karena sebuah rasa yang bernama Cinta. Ia yang hadir, tumbuh dan berkembang diantara kita selama ini selalu penuh dengan warna. Indah memang, bagai pelangi yang menghiasi langit di senja hari setelah hujan reda. Kini sang Cinta pun telah jenuh, butuh penyegaran kembali agar kelak mampu membakar dinginnya suasana yang membekukan hati.
Duhai Sagitariusku aku tahu kau pun merasakan apa yang aku rasakan, menyesal memang menyesal, namun semua sudah terjadi, kau telah cabut anak panah itu dari diriku. Aku hanya meringis menahan sakit, sakit yang memang harus aku rasakan, agar aku tahu bagaimana rasanya bila anak panah yang telah menancap dalam selama 3 tahun lebih itu dicabut dari tempatnya semula.
Kini kau pun tenggelam dalam diam seribu bahasa, tak mau bicara lagi denganku, mungkin memang sudah tak perlu lagi dibicarakan, sudah basi katamu. Biarlah waktu yang menjawab semua itu, bila hari ini kau tak lagi bicara denganku, mungkin esok, lusa atau suatu saat nanti.
Satu hal yang perlu kau ketahui dengan pasti aku takkan pernah berhenti mencintaimu sepanjang hidupku, kelak aku akan datang menemuimu untuk menyerahkan diriku dan hatiku padamu, entah butuh waktu berapa lama aku tak perduli, walaupun butuh waktu sepanjang hidupku. aku tak meminta apapun dari dirimu, aku tak meminta kamu melakukan apa yang tak kamu kehendaki, aku hanya ingin mencintaimu apa adanya, dirimu seutuhnya tanpa perlu ada yang berubah oleh sebuah kehendak dariku.
kelak.....jika aku akan datang menemuimu, kuharap anak panahmu masih berkilau bagai saat itu....

Jogja, January, 06, 2013
aku yang tak pernah mencapitmu,

Cancer

Jumat, 04 Januari 2013

Welcome to 2013

Tak terasa waktu pun berlalu dan tahun pun berganti, kini di awal 2013 aku mulai kembali belajar menuliskan apa pun yg kualami melalui lembar putih ini. Apa yang telah berlalu seharusnya menjadi pelajaran yang bisa membuatku untuk merenungi hidup ini.
Hidup memang penuh dengan warna-warni, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. Segala sesuatu pasti ada kaitannya dengan apa yang telah kita perbuat maupun kita alami, semoga saja di tahun ini apa yang telah kuimpikan dapat menjadi kenyataan, sudah waktunya untukku memulai segalanya kembali kepermulaan, aku pun hanya bisa berusaha menjadi lebih baik lagi walaupun memang butuh waktu dan banyak kendala dalam perjalannya, tapi aku yakin suatu saat nanti aku pasti dapat meraihnya.
Mimpi memang tak mudah dibeli, tapi mimpi selalu indah untuk dihadirkan dalam tidur malam ini, melalui mimpi juga aku dapat melihat apa yang tak kulihat di dunia nyata ini.
Selamat malam 2013 dan selamat tinggal 2012 semoga tahun ini semuanya akan menjadi kenyataan yang dapat aku nikmati, rasakan dan syukuri, bukan lagi mimpi yang tak terbeli.
Have to work hard and play hard......I know I can do it :)