Halaman

Kamis, 03 April 2014

Kisah Sebuah Buku Usang

Sebuah kenangan selalu membekas di kalbu setiap manusia baik itu buruk, manis ataupun yg pahit sekalipun. Ia bagian dari halaman hidup yg tak pernah usang untuk kita baca kembali. Kadang kita tersenyum manis kadang juga sedih bertali dgn tangis saat membaca dengan detil setiap kata demi kata pada halaman itu.
Sebuah mesin waktu yg selalu kita kendarai di saat sedang merasa sepi. Hanya sekedar untuk berpaling sejenak dari masa kini tuk sebuah harapan yg gundah akan masa depan. Namun kerap kali keraguan yg muncul jika Ia dibenturkan dengan realitas yg dihadapi di masa kini. Apa iya kita semua memiliki masa depan jika kita Ia begitu menakutkan tuk dihadapi dengan segala bekal yg ada. Ketakutan itu justru yg membunuh masa kini yg sdg kita jalani saat ini, detik ini juga. Tak lama setelah mati pun Ia akan jadi sebuah halaman berikutnya yg mungkin akan kita baca kembali di suatu sepi nanti atau mungkin kita robek halaman lalu membuangnya jauh-jauh jika memang begitu menyakitkan tuk dikenang.
Sebuah perjumpaan yg di satu sisi sangat diharapkan di sisi lain dihindari sebab Ia tak pernah berkabar akan kehadirannya kepada seseorang yg dengan sabar menunggu kabar itu. Namun semesta memang berkehendak lain, berjumpalah Ia dalam sebuah kesempatan. Kesempatan yg sebelumnya dikabarkan melalui seorang teman akan sebuah perjumpaan.
Apa lacur rasa sedih, kesal, marah bercampur dengan senang dan bahagia tatkala harus membayangkan setiap rupa yg tak pernah nyata sebentar kemudian akan hadir dihadapan.
Malam itu panggung pertunjukan yg kerap kali ditapaki tampak bergetar bagai kalipertama menapakinya. Mata melayang ke setiap penjuru saat diatasnya. Otak pun harus berbagi dengan hati. Setiap dawai yg terpetik oleh tangan yg gemetar terasa bagai sayatan pisau yg teramat tajam. Untunglah Ia tak hadir saat berada di atas pentas tsb.
Kegelisahan yg bercampur dengan kepanikan tak lama muncul kembali tatkala telepon seorang teman berdering menandakan Ia telah hadir. Ya, Tuhan rasanya ingin berlari menjauh dari tempat ini, apa yg harus diungkapkan, dikatakan bahkan dilakukan saat mata yg selalu membayang kini merupa dalam bentuk yg nyata di hadapan.
"Hallo, apa kabar" hanya kalimat itu saat tangan berjabat dengannya membuat tubuh ini melayang tak bernyawa menuju sebuah fragmen dalam lembaran-lembaran yg telah tertulis di masa lalu. Kekakuan segera mencair saat beberapa fragmen yg membuat hidup bergairah itu terbaca kembali dalam ingatan, huruf demi huruf, kata demi kata begitu jelas detil mewujud dalam balutan tubuh seorang anak manusia yg kini duduk disamping begitu manisnya. Suaranya pun tak berubah hanya intonasinya saja menandakan kegelisahan yg sama.
Perjumpaan ini walaupun singkat namun begitu indah. Ingin rasanya mengulang kembali di kemudian hari. Bernyanyi bersama sambil tertawa menghentikan putaran waktu sejenak sambil mengacuhkan kehadiran beberapa manusia yg ada saat itu.
Entah...kapan waktu akan berhenti kembali....karena ia terus berjalan menuju masa yg akan datang.
Hanya kesabaran yg menanti kini. Ya, kesabaran yg selalu menguji diri....walaupun diri ini kemungkinan dihindari karena tak berarti baginya.
Maybe Now, I'm just somebody that she used to know...
Thanks for everything....
Kita bagai sebuah buku yg usang atau terlihat usang karena baru saja terbakar perasaan yg tak menentu. Namun gambar disampulnya tetap mengingatkan agar meluangkan diri tuk menikmati waktu seperti gambar bagian belakang buku usang itu. Isilah halamannya dengan berbagai kisah yg akan kau jalani.
Diri ini pun tak mau naif mengharap agar dapat menjadi beberapa bagian atau keseluruhan dari halaman yg ada, namun memang itu kenyataan yg diharapkan.