Halaman

Senin, 14 Januari 2013

Mendadak Mentas



Akhirnya selesai juga seminggu penuh latihan dari pagi hingga malam demi membantu teman yang akan ikut dalam acara bertajuk Mendadak Mentas; Konser Penciptaan #1 Etnomusikologi ISI Yogyakarta yang akan dilaksanakan Rabu, 16 Januari 2013 dimana saya akan membantu dua orang sahabat saya yang akan ujian penciptaan tersebut.
Saya akan bermain Gitar akustik dalam repertoar yang berjudul Indish van de Koloniale karya Dhima Christian Datu. Karya ini menyajikan salah satu lagu keroncong yang sudah tidak asing lagi yaitu Bengawan Solo yang digubah kembali dengan memadukan alat musik etnis Sunda yaitu suling bambu dibalut dengan musik swing ala barat, diakhiri dengan beat Rockabilly yang menghentak-hentak dan Trumpet yang memainkan nada-nada Jazz, padahal musik ini diawali dengan beat slow ala keroncong modern, semakin manis terdengar dengan permainan akordeon yang bernuansa ala eropa, padahal bisa lebih kental cultural contactnya apabila akordeon tersebut memainkan pola-pola nada Melayu seperti yang tertulis dalam sinopsis dari judul karya tersebut: 350 tahun hidup berdampingan dengan kolonial agaknya terlalu lama sehingga menjadi budaya. Mulai dari bangunan, cara berpakaian, bahasa, agama hingga kesenian. Musik adalah salah satu kesenian kita yang juga ikut dijajah kolonial, namun kita tidak rugi tetapi malah beruntung. Dijajah terumpet kita malah mainkan menjadi musik Tanjidor, dijajah ukulele kita jadikan musik keroncong, diberikan akordeon kita jadikan instrumen wajib pada musik Melayu. Akulturasi budaya ini disebut kebudayaan Indis, kebudayaan Indis yang datang dari kolonial, Indish van de Koloniale.
Satu lagi sahabat saya bernama Agung Chandra W. membawakan komposisi Swara Suling sebuah lagu tradisi dari nusantara yang lumayan populer bagi masyarakat Jawa. Ia memadukan gamelan dengan jenis musik rock yang ia namakan CampursaRock. Dimana dalam sinopsis karyanya ia katakan bahwa, Ia terinspirasi dari garapan musik rock yang diluapkan dengan instrumen etnis(gamelan). Maka jadilah CampusaRock (perpaduan musik Campursari dan musik Rock). Agak aneh memang tapi setidaknya itulah hasil pergulatannya selama ini karena ia terkenal sebagai pemain gitar yang memainkan musik dangdut. Maka dalam membuat sebuah karya pun tak terlepas dari unsur luar dimana dangdut tak pernah dipelajari di dalam gedung perkuliahan. Kali ini saya memainkan alat musik mayor saya yaitu Bass, karena dalam karya ini hanya menggunakan bass dan trumpet sebagai alat musik diatonis, sayangnya kurang terasa spirit musik Rock dalam karya ini karena teman saya yang satu ini tidak memainkan gitar elektriknya, ia malah bermain saron (salah satu perangkat gamelan). Padahal apabila diberikan gitar listrik dengan efek distorsi pada karya ini nuansa rock akan lebih kental terasa daripada hanya memainkan nuansa rock dengan hentakan drum dan bass saja.
Mudah-mudahan esok pada saat pelaksanaanya diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah SWT hingga karya ini dapat dinikmati oleh penonton yang hadir. Biar bagaimanapun bentuknya musik tradisi itu pasti akan berubah sesuai dengan budaya masyarakatnya. Setidaknya masih ada generasi muda yang mau mempelajari musik tradisi nusantara walaupun mungkin kini mulai ditinggalkan oleh sebagian remaja terutama di kota-kota besar yang notabene cenderung menyenangi musik popular. Selamat berkarya kawan...!!!

Minggu, 06 Januari 2013

Minggu pagi di 2013

Hari minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu sebagian orang, apalagi bagi mereka yang mempunyai rutinitas kerja dari senin sampai sabtu sudah tentu merindukan hari libur, walau hanya sehari waktu yang dimiliki untuk mengisi libur pasti akan digunakan sebaik mungkin.
Demikian juga dengan saya, niat sudah ditetapkan pada malam hari bahwa esok pagi ingin berolahraga di alun-alun selatan kota Yogyakarta yang lebih terkenal dengan sebutan Alkid (alun-alun kidul). Pagi-pagi sekali teman sekamar saya sudah siap dengan sepedanya, Ia akan bersepeda hingga UGM di utara kota ini, wah jauh sekali pikirku, sayangnya sepeda yang kami miliki cuma satu, akhirnya aku memutuskan akan berlari pagi saja di sekitar alun-alun, kebetulan juga pemain drum di grup band saya sedang menginap malam ini, dan memang penasaran karena belum pernah sepagi itu Ia bangun dan berolahraga di hari minggu.
Pagi itu rupanya sudah banyak yang berolahraga, disisi jalan pun para penjual makanan sedang bersiap-siap membuka dagangannya, ada yang berjualan soto mie, bubur ayam, susu segar dll.
Dan kami pun berpisah dengan teman yang memang ingin bersepeda dan berjanji akan bertemu kembali di alun-alun setelah agak siang. Rupanya tak hanya manusia saja yang membutuhkan olahraga, ternyata binatang pun juga, beberapa orang terlihat asyik mengajak binatang kesayangnya untuk berlari, memang kebanyakan binatang yang diajak olahraga pagi itu adalah anjing dengan berbagai macam jenis dari yang lucu imut-imut hingga yang bertampang seram sekali.
Setelah berkeliling lebih dari 10 itaran, rupanya kaki ini sudah tak kuat lagi hingga akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk menikmati susu sapi segar yang dijual dipinggir jalan seharga 3500 rupiah segelas besar, wah betapa murahnya kota ini, gumamku.
Tak berapa lama kemudian temanku yang bersepeda datang, lalu kami pun sepakat untuk pergi mencari sarapan pagi itu, karena temanku si penggebuk drum yang satu ini memang tak tahan lapar hehehehe setelah berunding sejenak, akhirnya kami memutuskan untuk mencari bubur ayam dan nasi uduk, lalu berjalanlah kami ke arah pulang tepat disisi jalan Panjaitan ada sebuah warung penjual bubur ayam dan nasi uduk, rupanya tak salah teman saya yang satu ini soal kuliner, karena Ia lebih tahu dan pernah makan disitu.
Aku pun memesan nasi uduk dan dua orang teman saya makan bubur ayam, hmmm....nasi uduk yang lumayan lezat ini mengingatkanku akan kampung halaman nun disana, dulu biasanya ibuku paling jago membuatnya.
Kenangan demi kenangan pun terlintas dalam benak, ingin rasanya pulang ke rumah, rumah yang selalu hangat menerimaku, tempat dimana aku dibesarkan, tumbuh dan berkembang, namun kutepis itu semua karena aku memiliki tujuan dan impian dikota ini yang akan kuwujudkan secara perlahan, memang aku aku seorang anak yang sejak kecil selalu mandiri jarang meminta uang terhadap kedua orangtuaku, maafkan anakmu ya bu suatu saat nanti aku pasti pulang tuk menjengukmu dan membahagiakanmu......
 Itulah minggu pagiku di tahun 2013 ini.......mudah-mudahan menjadi kegiatan rutin yang akan selalu kurindukan bila akhir pekan datang menjelang.
 :)

Sabtu, 05 Januari 2013

Sagitarius dan Cancer dilanda kejenuhan

Teruntuk Sagitarius....

Pagi itu cuaca agak berkabut, jalan-jalan pun agak sepi, hanya terlihat segelintir orang yang hendak berangkat menunaikan ibadah. Diantara keheningan aku dan kamu bertengkar, entah karena apa aku pun tak mengerti. Mungkin memang benar kejenuhan itu ada saatnya, saat ia datang melanda hampir pasti selalu diakhiri dengan pertengkaran yg tiba-tiba saja selalu hadir menyertai.
Dan pagi yang hening itu kamu memaksakan diri untuk berjalan pergi meninggalkan aku, walaupun aku sudah memaksa untuk menemani, akan tetapi kamu bersikeras untuk berjalan sendiri. Dan aku pun terpaksa meluluhkan keinginan itu dengan berat hati, dengan langkah gontai aku kembali. Ingin rasanya melompat dari tempat itu, namun aku rasa aku berdosa bila melakukan itu.
Menangislah aku sepanjang jalan pulang walau tak meraung-raung seperti anak kecil yang tak mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku masih menoleh melihatmu berjalan sampai ujung jalan namun dirimu terus saja berlalu meninggalkan pagi itu dengan penuh amarah.
Sungguh menyesal aku meluluskan permintaanmu yang selalu saja kamu lontarkan saat-saat kejenuhan datang melanda. Ketahuilah selama ini tak pernah sekalipun terbesit keinginan dalam hatiku untuk melontarkan kata-kata itu, karena aku orang yang tak pernah ingin mengatakannya terlebih setelah selama ini kita bersama, walaupun perjalinan kita baru intens belakangan ini semenjak kau hadir di kota ini.
Semenjak itu hidupku berubah, aku bukanlah Cancer yang dulu lagi, kini capitku tak tajam seperti dulu aku hanya menyelam dalam luasnya lautan kehidupan bersamamu, walaupun sesekali waktu aku pergi naik ke permukaan menuju tepi pantai hanya untuk bermain dalam gundukan pasir putih yang mengingatkanku saat dahulu saat masih dalam mencari dimana lautan itu berada. Pasir-pasir yang selalu menyesatkanku dengan fatamorgananya karena aku terlahir jauh dari tepi lautan. Ketika aku menyeruak keluar dari pasir yang menyelimuti tubuhku aku merasakan desau angin, merasakan semilirnya menerpa wajahku yang berminyak ini. Aku mencari-cari dimanakah deru ombak itu. Suaranya selalu menggoda setiap saat mendengarnya, mendengar gemuruhnya saat menabrak karang, terlebih saat buihnya menerpa pasir hingga menjadi basah oleh air kehidupan yang asin ini.
Dan kau pun hadir melesakkan busur panahmu yang indah berkilau bagai sinar surya yang selalu menghangatkan tubuh ini dikala dingin. Kau selalu mengajarkanku beribu-ribu kebaikan, kebenaran dan hal lainnya yang selama ini tak pernah kudapatkan dari siapapun. Walau terkadang dalam pelaksanaannya kita masih sering berdebat pepesan kosong, berargumentasi hingga tertawa lepas karena kita pun sadar akan bodohnya kita berdua.
Aku tahu semua itu karena sebuah rasa yang bernama Cinta. Ia yang hadir, tumbuh dan berkembang diantara kita selama ini selalu penuh dengan warna. Indah memang, bagai pelangi yang menghiasi langit di senja hari setelah hujan reda. Kini sang Cinta pun telah jenuh, butuh penyegaran kembali agar kelak mampu membakar dinginnya suasana yang membekukan hati.
Duhai Sagitariusku aku tahu kau pun merasakan apa yang aku rasakan, menyesal memang menyesal, namun semua sudah terjadi, kau telah cabut anak panah itu dari diriku. Aku hanya meringis menahan sakit, sakit yang memang harus aku rasakan, agar aku tahu bagaimana rasanya bila anak panah yang telah menancap dalam selama 3 tahun lebih itu dicabut dari tempatnya semula.
Kini kau pun tenggelam dalam diam seribu bahasa, tak mau bicara lagi denganku, mungkin memang sudah tak perlu lagi dibicarakan, sudah basi katamu. Biarlah waktu yang menjawab semua itu, bila hari ini kau tak lagi bicara denganku, mungkin esok, lusa atau suatu saat nanti.
Satu hal yang perlu kau ketahui dengan pasti aku takkan pernah berhenti mencintaimu sepanjang hidupku, kelak aku akan datang menemuimu untuk menyerahkan diriku dan hatiku padamu, entah butuh waktu berapa lama aku tak perduli, walaupun butuh waktu sepanjang hidupku. aku tak meminta apapun dari dirimu, aku tak meminta kamu melakukan apa yang tak kamu kehendaki, aku hanya ingin mencintaimu apa adanya, dirimu seutuhnya tanpa perlu ada yang berubah oleh sebuah kehendak dariku.
kelak.....jika aku akan datang menemuimu, kuharap anak panahmu masih berkilau bagai saat itu....

Jogja, January, 06, 2013
aku yang tak pernah mencapitmu,

Cancer

Jumat, 04 Januari 2013

Welcome to 2013

Tak terasa waktu pun berlalu dan tahun pun berganti, kini di awal 2013 aku mulai kembali belajar menuliskan apa pun yg kualami melalui lembar putih ini. Apa yang telah berlalu seharusnya menjadi pelajaran yang bisa membuatku untuk merenungi hidup ini.
Hidup memang penuh dengan warna-warni, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. Segala sesuatu pasti ada kaitannya dengan apa yang telah kita perbuat maupun kita alami, semoga saja di tahun ini apa yang telah kuimpikan dapat menjadi kenyataan, sudah waktunya untukku memulai segalanya kembali kepermulaan, aku pun hanya bisa berusaha menjadi lebih baik lagi walaupun memang butuh waktu dan banyak kendala dalam perjalannya, tapi aku yakin suatu saat nanti aku pasti dapat meraihnya.
Mimpi memang tak mudah dibeli, tapi mimpi selalu indah untuk dihadirkan dalam tidur malam ini, melalui mimpi juga aku dapat melihat apa yang tak kulihat di dunia nyata ini.
Selamat malam 2013 dan selamat tinggal 2012 semoga tahun ini semuanya akan menjadi kenyataan yang dapat aku nikmati, rasakan dan syukuri, bukan lagi mimpi yang tak terbeli.
Have to work hard and play hard......I know I can do it :)