Halaman

Minggu, 06 November 2011

Burungku Sedang Sakit

Garudaku kini tak lagi tajam menatap, kepak sayapnya pun tak segagah dulu.
Cakarnya yg kokoh kini mulai rapuh, tak mampu lagi menggenggam secarik tulisan itu.
Orang-orang pun perlahan memalingkan wajah darimu, kini gambarmu pun tak lagi menghiasi setiap rumah mereka.
Janganlah bersedih hai garudaku, kau masih ada disetiap hati berjuta-juta rakyatmu yang sejak dulu tak pernah merasakan kemakmuran dan keadilan dari negeri yang kaya akan sumber daya alam ini.
Mari kita tunjukkan pada dunia bahwa, sebenarnya kita mampu...!!!!
Biar mereka tahu bahwa sesungguhnya masyarakat yang adil dan beradab itu adalah kita. Bukan Mereka, bukan pula barat atau timur. Sesungguhnya yang mereka tunjuk barat itu adalah timur terjauh dan barat yang kita agung-agungkan adalah timur terjauh juga. masihkah kita bangga akan barat? sedangkan mereka selalu membunuh siapapun yang menguak kebenaran karena sesungguhnya mereka takut kejahatannya pun akan terkuak pula setelahnya. Seperti nasib seorang galileo yang mati hanya karena membuktikan bahwa dunia ini bulat yang sesungguhnya bila kita menelusuri jalan ke arah barat kita akan kembali ke timur. seperti lingkaran dimana titik awal sama dengan titik akhir.
Bila saja negeri yang makmur ini mau pelit mereka akan kelaparan baik itu eropa maupun amerika, terlebih afrika. Sejarah mencatat sejak dulu negeri ini telah menjadi ajang perebutan bangsa-bangsa kapitalis dan imperialis karena mereka berusaha menguasai sumber daya alam yang tak ada duanya di belahan dunia manapun. Sejak tahun 1800-an hingga kini mereka masih ingin menjajah bangsa ini dengan dalih apapun...!!!
lihat saja sekeliling kita mereka telah menancapkan kuku-kuku mereka di Malaysia, Singapura, Philipina, Australia bahkan Timor Leste yang dahulu bagian dari negeri ini kini telah mereka kuasai. Sebaiknya kita kembali memaknai dalam-dalam arti dari "Bhineka Tunggal Ika" dan mulai mengaplikasikan ke bentuk yang nyata dalam hidup kita.
Bukankah para pendiri republik ini mengatakan "Proklamasi kemerdekaan hanyalah sebuah jembatan dari kemerdekaan yang sesungguhnya yaitu kerakyatan yang adil, makmur dan sejahtera" kemerdekaan yang sesungguhnya belum kita raih. Kemerdekaan yang masih jauh dari harapan dan impian para pejuang yang telah gugur demi mempertahankan bangsa ini dari para penjajah. Kini, jembatan yang telah dibangun mulai rapuh dan goyang dimakan zaman. Kini kita semua ikut merapuhkan jembatan itu secara perlahan dan pasti tanpa kita sadari dengan mengalihkan wajah kita yang tak mengetahui bahwa burung kita sedang sakit komplikasi yang takkan kita ketahui hanya dengan memandang gambarnya yg terlihat masih kokoh.
Didadanya pun masih menempel erat simbol-simbol kekayaan negeri ini yang sedang digerogoti oleh kaum kapitalis dari dalam sehingga kita hanya menyaksikan luarnya saja yg utuh sedang dalamnya telah keropos.
Penjajah itu telah berganti wajah dengan menggunakan sebagian pribumi yang mau dijadikan kedok bagi keserakahan perbuatan mereka.
Kini mereka sedang mencoba melerai huruf per-huruf dari kalimat sakti yang selama ini dipegang erat genggaman cakarnya yg tajam....
Burungku semoga kau cepat sembuh........