Halaman

Senin, 27 Januari 2014

Sebuah Kisah Klasik

Tahun ini adalah tahun yg luar biasa bagiku secara pribadi. Banyak hal yg terjadi sejak waktu pergantian tahun bergulir. Mulai dari kehidupan pribadi, teman, rekan kerja bahkan sebuah keluarga kecil yg sejak beberapa tahun lalu kubina bersama beberapa orang sahabat.
Keluarga kecil itu adalah tempat saya berkreasi dan berkarya hingga menelurkan sebuah hasil yg cukup menggembirakan, yaitu sebuah album musik. Bagiku secara pribadi, setiap musisi mungkin memiliki keinginan agar dapat menorehkan karyanya dalam sejarah perkembangan musik di tanah air tercinta ini. Salah satunya dengan mengeluarkan album yang dapat diapresiasi oleh masyarakat secara luas.
Ya, beberapa waktu lalu saya bersama keluarga kecil ini sempat merilis sebuah EP Album dalam format Kaset Pita dan CD yg hanya diproduksi terbatas karena berbagai pertimbangan. Selain karena modal produksi yg lumayan besar, di sisi lain kami ingin agar para penikmat musik yg mencari dan membeli apa yg kami hasilkan merasakan sebuah kenikmatan tersendiri dapat memiliki album kami, yaitu suatu saat album tersebut akan menjadi barang yg langka.
Alhasil gayung pun bersambut. Dalam kurun waktu 3 bulan album tersebut soldout. Kami pun mulai merasakan gigs yg lumayan besar, bahkan bisa bermain dalam satu panggung bersama beberapa band yg telah lebih dulu besar di kancah musik indie. Merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya dan kawan-kawan dapat merasakan hal tersebut. Seiring dengan banyaknya gigs, banyak pula yg menulis tentang band saya ini, baik itu di media, koran, majalah hingga blog pribadi. Tahun lalu kami dikontak oleh sebuah Label Rekaman dari Jakarta yg ingin merilis ulang EP album kami dalam bentuk Vinyl  atau piringan hitam. Duh Gusti sungguh mulia karunia yg engkau berikan kepada kami. Engkau telah mudahkan jalan kami, walau tak sedikit yg mencibir dan berkata bahwa kami belum layak untuk itu, kami tak peduli. Kesempatan itu tidak datang dua kali, itulah yang saya dan kawan-kawan yakini. Kami pun merilis vinyl itu di Jakarta dan Bandung dengan antusias yg lumayan dari penikmat musik.
Tahun ini adalah tahun yg penuh dengan kejadian. Mulai dari alam raya yg menunjukkan kekesalannya terhadap manusia di muka negeri ini dengan memuntahkan isi perutnya melalui sebuah gunung, merendam kota-kota yg penduduknya tak lagi memikirkan lingkungannya dengan banjir di mana-mana hingga mengguncang tanah ini dengan gempa beberapa hari yang lalu. Di saat saya menulis catatan ini pun gempa masih mengguncang tanah tempat saya berpijak. Walau pun hanya sesaat saya dapat merasakan kegelisahanmu duhai alamku. Apakah yg sedang terjadi Gusti? Apakah tahun ini Kau memberikan peringatan untuk kami semua?
Di tahun ini pula negeri ini akan merayakan pesta demokrasinya melalui pemilu. Hingar-bingar politik tampaknya masih membutakan sebagian orang bahwa banyak hal penting yg perlu kita perhatikan di sekeliling lingkungan kita. Apakah sudah sesakit itukah masyarakat ini hingga cenderung egois dan mementingkan diri sendiri?
Kerap kali saya memperhatikan hal itu mulai dari masalah remeh-temeh hingga mengikuti polemik-polemik yg terjadi seperti kebudayaan, sastra, seni hingga para calon anggota dewan yg menjadi bahan tertawaan di media sosial. Memang agak lucu juga sih bila melihat perilaku para netizen beberapa tahun belakangan ini. Padahal menurut saya beberapa hal yg sangat krusial dan penting, tapi yg aneh dan lucunya kita seolah-olah membuat hal itu terlihat penting dari sisi luarnya saja, tidak dari esensinya atau letak permasalahannya dan bagaimana mencari solusi untuk menyikapinya secara bersama bukan malah mengolok-oloknya di media sosial. Ya, begitulah media sosial lama-lama membuat orang menjadi anti-sosial.
Berbicara tentang media sosial saya jadi ingat akan keluarga kecil saya tadi, tepatnya malam ini kami memutuskan untuk membubarkan diri mungkin salah satunya disebabkan oleh penyakit yg tadi saya sebutkan. Dunia ini memang penuh dengan hal-hal yg lucu di mata saya, begitu juga dengan para manusianya. Alih-alih ingin membuat suatu hal yg mungkin lucu di mata kita namun belum tentu lucu di mata orang lain. Bisa jadi hal tersebut menjadi sesuatu yg dianggap serius bahkan cenderung mengejek, menyudutkan hingga hal yg mungkin lebih parah dari itu yaitu menyinggung perasaan. Manusia memang sulit diterka jalan pikirannya. Bahkan kekasih yg kita cintai pun bisa saja membenci kita karena hal yg kadang kita sendiri pun bingung dibuatnya. Kadang buku yg kita baca pun bisa mempengaruhi cara berpikir kita, bahkan yg lebih parah cara kita bertindak pun bisa dipengaruhinya juga.
Perasaan itu memang sesuatu hal yg unik. Untuk menjaganya pun juga dibutuhkan sikap-sikap yg manusia dewasa dalam berpikir saja tidak cukup. Terlebih lagi religi, hal tersebut belum tentu bisa membuktikan bahwa seseorang itu bijak dalam segala tindak-tanduknya. Di jaman ini saja banyak manusia yg menggunakannya sebagai simbol sosial, pakaian atau agar terlihat layaknya manusia yg dekat dengan sang Gusti. Ikhlas saja tidak cukup jika dalam sikap masih penuh dengan rasa amarah atau emosi yg mudah terlihat dari refleksi yg tercermin dalam diri kita.
Hidup ini memang sebuah perjalanan menuju sesuatu entah itu tujuan atau apalah namanya. Seperti gambar di atas sana yg saya buat beberapa waktu lalu. Hidup itu bagai kapal yg sedang mengarungi samudera luas dan tak bertepi. Terkadang berhenti hanya tuk kembali berlabuh lagi. Hujan, badai hingga panas yg menyengat mungkin bagai cobaan dalam setiap perjalanannya.
Setiap manusia memiliki harapan akan hari esok yg lebih baik dari hari ini, begitu pun dengan saya. Saya percaya akan kebaikan hari esok itu ditentukan oleh kebaikan yg telah kita perbuat hari ini. Jika kita berbuat sebuah keburukan, niscaya esok atau di masa yg akan datang kita akan mengalami keburukan atau lebih tepatnya Karma. Karma adalah konsep aksi atau perbuatan yg dalam kepercayaan yg dianut oleh agama India dipahami sebagai sesuatu yg menyebabkan seluruh siklus kausalitas. Dalam konsep karma, semua yg dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang hingga berdampak pada masa yg akan datang. Sebagai contoh jika kita membuang sampah sembarangan maka dapat menyebabkan banjir dikemudian hari. Sungai-sungai yg kotor dan saluran air yg mampet dikarenakan sampah yg kita buang tadi.  Entah tersapu oleh angin, terbawa oleh air hujan atau yg lebih parah lagi jika kita membuangnya secara langsung ke sungai yg mana sering dilakukan oleh manusia di kota-kota besar sana.
Malam ini ditemani oleh secangkir kopi dari Bali, beberapa batang rokok yg terus saya hisap sejak tadi saya membuang sampah kembali di tempat ini sambil sesekali ikut berdendang oleh playlist lagu yg saya putar dari sebuah band terkenal yg lahir dan besar di kota multikultural ini.

"Sampai jumpa kawanku.....
Semoga kita selalu....
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan...."

Ya akhirnya masa lalu, kini dan masa depan nanti hanyalah sebuah kisah klasik untuk siapa pun......




Yogyakarta, 27 Januari 2014
Di antara gempa dan rintik hujan
yg selalu kurindukan dalam harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar