Halaman

Senin, 10 Februari 2014

Malam di tepi sungai

Malam ini merupakan malam terakhir saya di Banjarmasin. Sebuah kota dengan julukan Kota Seribu Sungai ini memang memiliki begitu banyak sungai yg indah.
Begitupun juga dengan saya, malam ini saya menikmati salah satu keindahan sungainya. Malam yg temaram ini begitu tenang. Sesekali beberapa perahu klotok dengan suaranya yg khas lalu-lalang di depanku seakan mengajak tuk ikut bersamanya mengarungi sungai tenang nan panjang tak berujung ini.
Beberapa tiang lampu taman yg sudah mulai berkarat dan rapuh sisinya berdiri dalam gelap karena lampu penerangnya tak terlihat lagi, entah karena tak diurus atau memang sengaja dirusak oleh tangan-tangan jahil tak bertanggungjawab, sebab dapat kulihat beberapa penutup lampunya terlihat pecah di sana-sini.
Bintang dan bulan pun tiada menampakkan sinarnya. Sayup-sayup suara pengamen bernyanyi dari seberang sana. Menyanyikan lagu-lagu yg populer akhir-akhir ini. Lumayan menghibur walau pun beberapa lagu yg dinyanyikannya begitu menyentuh suasana malam ini. Ingin rasanya ikut bernyanyi tuk menghibur diri ini.
Tampak dari kejauhan sebuah jembatan yg tadi kulalui penuh dengan lampu-lampu berwarna-warni. Rona lampu yg membias dari permukaan air sungai begitu berwarna membawaku imajinasiku melayang jauh ke atas permukaan kertas putih yg ada di tangan ini tuk segera kugores dgn tinta. Entah mengapa malam ini begitu berat aku tuk menggoresnya. Biarlah kukenang saja dalam sebuah memori yg tak pernah kehabisan ruang tuk diisi dengan berjuta kenangan. Ya, kenangan yg tak mau lepas walau tuk sejenak saja. Bahkan ia tak rela pergi melepasku tuk menikmati suasana tepi sungai ini. Mungkin sebaiknya kutenggelamkan saja ke dasar sungai ini agar ia tak muncul ke permukaan dan membuyarkan imajiku. Namun apa daya karena ternyata diri ini yg menginginkannya tuk kembali mengisi hari-hari yg sepi ini.

Siring, 10 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar